1 Mei 2016

PELEPAS RINDU SUASANA STADION DEMANG LEHMAN

Bagaimana rasanya kembali duduk di tribun Stadion Demang Lehman, setelah sekian lama absen akibat pembekuan pssi yang di jatuhkan pemerintah, cuma untuk menyaksikan perkara giant killing yang dilakukan tim Martapura FC terhadap tim sebesar Persinga Ngawi tim yang datang dengan reputasi finalis piala Kemerdekaan? Tentu saja menyenangkan. Sangat menyenangkan malah. Bahkan walau untuk level tim yang “hanya” sekelas ISC B(Divisi Utama).

Saya sungguh beruntung berada di kota Martapura Kabupaten Banjar pada saat tim Martapura FC, yang melejit sejak beberapa tahun kebelakang, sedang melangsungkan pertandingan Grub 5 ISC B. Keberuntungan yang semakin terasa menyenangkan karena selain saya akhirnya bisa menyaksikan kembali bandwagon milik anak asuh coach Frans Sinatra Huwae secara langsung, mereka juga berhasil meraih kemenangan Awal.Sebuah kemenangan dan modal besar untuk laga selanjutnya , tentu saja. Karena lawan yang dihadapi adalah Persinga Ngawi, tim finalis piala kemerdekaan, yang bahkan sudah mulai masuk peta kekuatan sepakbola nasional. Walaupun, sekali lagi, ini diraih hanya dalam level ISC B atau Divisi Utama.

Panas terik jelang kickoff, membikin beberapa orang yang tadinya di luar stadion mulai memasuki stadion. Dan boleh jadi, Mentari memang tengah mengukir suasana puitisnya sendiri dalam kemenangan Martapura FC tadi sore.

Setelah kick off babak pertama Laskar Sultan Adam Langsung berinisiatif untuk menggebrak pertahanan Ngawi namun rapatnya barisan pemain lawan membuat anak anak Mfc Sempat Prustasi,  Kedua tim yang sama-sama fasih bermain dengan umpan-umpan pendek dari kaki ke kaki terlihat sedikit gamang kala bola yang coba mereka kirim gagal mencapai titik tuju yang mereka mau.

  Menit dua puluh Martapura FC bereaksi cepat dalam situasi ini dengan mengganti pola bola pendek menjadi umpan lambung vertikal langsung ke wilayah final third. Menit 39 Aidiel Bogel yang lepas dari perangkap offside, berhasil menggetarkan jala lawan yang tak bisa diintersep center back ngawi walau telah susah payah melakukan intersave. Hujan sorak sorai lantas berhamburan saat Aidiel bogel menghajar bola tersebut ke sudut tiang dekat. Sebuah momen orgasmik bergemuruh cukup lama di setiap sudut stadion. Seakan lupa akan teriknya mentari sore itu. Sampai turun minum paruh pertama tidak ada lagi gol tercipta.

Di babak kedua kembali kedua tim jual beli serangan. Dan martapura fc terlihat lebih rapih dan berpola dalam membangun serangan.
Menit ke-63, syaifullah Nazar kembali mengoyak jala ngawi melalui titik putih, setelah aksi Aidiel Bogel yang mengobrak-abrik flank kiri ngawi sebelum di jatuhkan dengan keras oleh bek lawan di dalam kotak finalti. Penonton kembali kesetanan menyambut gol tersebut. Tentu saja. Siapa pula yang tidak girang kalau kita bisa kembali bikin gol ke gawang lawan.

Ada pemandangan menarik dalam kemenangan yang diraih Agus Cima cs Tadi Sore. Kemenangan tadi sore, bukanlah kemenangan buah hasil keberuntungan atau nasib mujur belaka. Ada kejelian penerapan strategi oleh pelatih, serta determinasi dan kedisiplinan pemain dalam menerjemahkan instruksi pelatih yang tergambar jelas di sana.

Dua gol yang dicetak Martapura FC tercipta dari skema yang nyaris serupa. Aidiel Bogel, yang sepanjang pertandingan tampil secepat kancil, dengan jeli memanfaatkan ruang kosong yang terselip di antara kuartet backfour Ngawi dan dua gelandang bertahan mereka untuk mendapat ruang tembak. Ruang ini tercipta berkat pergerakan tiga pemain Depan—Muhammad Slamat, Aidiel Bogel dan Suaifullah Nazar— yang berhasil meng-escort defense line Ngawi supaya turun terlalu dalam ke kotak penalti mereka. Di sisi lain, dua poros ganda Ngawi, terkonsentrasi di posnya masing-masing karena distraksi yang diberikan Fahreza Agamal dan M.Nizar Ashari.

Di sinilah kejeniusan coach Frans Sinatra Huwae dalam memainkan strategi kembali terlihat. Sadar lawan punya keunggulan postur, Frans menginstruksikan winger-nya untuk mengirim umpan cutback, alih-alih melepas crossing sekenanya seperti kebiasaan strategi klub tanah air pada umumnya. Saya mencatat ada setidaknya lima kali drill cutback yang dikirim dari sisi sayap. Dan semuanya membahayakan gawang Ngawi . Makanya, saat Aidiel Bogel mencetak gol pertamanya, kita semua tahu kalau mitos  “Kita kalah postur” adalah sebenar-benarnya alibi atas kekalahan tim yang sudah selayaknya dimusiumkan saja.

Pertandingan tadi sore adalah salah satu pertandingan yang tidak akan pernah saya lupakan. Ada adrenalin yang meluap, endorfin yang masih dalam batas kewajaran, juga sedikit rasa tidak percaya saat menyaksikan papan skor yang menggantung di tribun belakang gawang. Walau ini hanya level Divisi Utama, tengkuk saya merinding hebat jika mengingat momen dimana aidiel bogel dan Syaifullah Nazar mencetak gol nya, juga saat wasit akhirnya meniup peluit panjang yang mengakhiri pertandingan. Mungkin karena sudah terlalu lama vakum dan dicekoki Konflik pssi dengan pemerintah, kemenangan anak-anak Laskar Sultan Adam sudah terasa menyenangkan betul.

Entah berapa kali saya menengadahkan kepala ke atas sore tadi. Dua mata saya menerawang, menyaksikan langit Martapura yang untuk kesekian kalinya masih kosong tanpa bintang, untuk kemudian sadar kalau kejadian yang ada di depan mata saya tadi sore bukanlah halusinasi yang muncul akibat menenggak Kopi Sachet seribu maratusan tadi pagi.

Tadi sore, boleh jadi memang tidak ada bintang ataupun pelangi yang melengkung di langit Stadion Demang Lehman selepas hujan rintik rintik mengguyur pasca pertandingan berakhir. Akan tetapi melihat papan skor yang menunjukkan angka 2-0 untuk kemenangan Martapura FC terasa lebih indah daripada melihat pelangi atau bintang apapun yang kini mulai jarang muncul di langit Martapura.

Terimaksih TUHAN dan Alam Semesta

Terima kasih, Martapura FC

Terimaksih Martapura Fans

Tidak ada komentar:

Posting Komentar