16 Mei 2016

AKADEMI SEPAKBOLA MARTAPURA FC ? KAMI YAKIN BISA...

Cuaca Minggu Sore tadi yang Gerimis membasahi kota Martapura dan Sekitarnya tidak mengurungkan niat saya untuk sekedar bersepeda mengitari sudut kota sambil menikmati suasana sore akhir pekan. Ketika melewati sebuah tanah lapang saya melihat beberapa anak anak remaja yang sedang bermain bola. Pemandangan itu pun menyita perhatian saya untuk menepi sambil memperhatikan Mereka bermain bola. Lapangan bola yang tidak seperti lapangan bola karena ukuran panjang dan lebar nya tidak standar, biasa lah seperti lapangan lapangan di perkampungan, Rumput yang kering kerontang di saat panas, maupun becek ketika musim hujan, tapi lapangan bola kampung ini tidak pernah sepi. Selalu saja ada yang menenteng sepatu bola di pinggir lapangan, kemudian mengenakannya. Lalu tak lama dia sudah terlihat mengutak-atik bola bersama yang lain di tengah lapangan.
Meski bermain di lapangan yang "tidak" standar mereka tetap bersemangat bermain bola, bahkan tidak jarang mereka melakukan solo run, atau gocekan ala pemain amerika latin.

Sore hendak berganti malam, Mereka baru saja menyelesaikan latihan, bersama anak anak lain nya. Tapi tiga anak sekitar usia 14-16 tahun, tiba-tiba berlarian mendekati 12 bola kaki yang habis dipakai di lapangan. Satu anak membantu mengumpulkan bola.
Dua lainnya, mengambil masing-masing satu bola. Yang pertama lalu menimbang bola dengan kaki dan menendang-nendang si kulit
bundar itu ke atas melewati kepala berkali- kali tanpa jatuh ke tanah. Anak yang kedua melakukan hal yang sama, “jugling”. Tapi menggunakan sisi dalam telapak kakinya yang kanan untuk memantul-mantul bola hingga sejajar dada berkali-kali. Semua bola karet selesai dikumpul. Ketiga anak itu pun berlarian ke sisi lapangan. Bergabung dengan sekitar 20'an anak lain yang seusia. Membentuk lingkaran melakukan pelemasan otot mengakhiri latihan. Dari jauh mereka terlihat mirip burung-burung kecil, yang bertengger rapat-rapat di dahan pohon. Tapi mereka bukan burung kecil biasa. Mereka adalah “anak-anak garuda”. Setelah besar, karena memiliki bakat alam memainkan bola seperti itu, mereka bisa
saja dipoles, menjadi “garuda-garuda muda”, seperti pemain Timnas Garuda U-19 dan U-23.

Tiba tiba saja saya teringat dengan klub profesional di kota ini Martapura FC untuk mewadahi mereka talenta talenta masa depan sepakbola banua dalam sebuah akademi sepakbola.
Tidak usahlah terlalu jauh becermin dengan akademi akademi klub klub elit eropa seperti akademi MU di carington,atau La Masia nya FC Barcelona.
Cukup (menurut saya) Sebuah akademi yang mempunyai
jenjang pendidikan sepak bola terstruktur. Pembinaan para pemain muda di akademi sepak bola dikelompokkan dalam 3
kelas:
-1. Usia 6 sampai dengan 10 tahun
(Basic Training)
-2. Usia 11 sampai
dengan 14 tahun (Intermediate Training)
-3. Usia 15 tahun keatas (Advanced
Training).
Sebuah akademi yang
mengusung visi sebagai pusat pembinaan
sepakbola usia muda dengan kualifikasi dan kompetensi internasional, serta berorientasi bisnis secara profesional dan
misi untuk menjadi akademi Sepakbola terbaik di Indonesia dan menjadi akademi yang paling produktif menyalurkan pemain-
pemainnya ke klub-klub tanah air.

Seperti Sekolah Sepak
Bola (SSB) yang ada di Indonesia.
Mempunyai Lapangan tempat berlatih sekaligus pertandingan, beberapa buah gawang dinamis serta bola dan fasilitas umum lainnya adalah wajib. Selain Lapangan yang tidak kalah penting nya sebuah akademi juga harus memiliki sebuah ruangan yang berfungsi sebagai ruangan untuk analisa perkembangan pemain binaan Martapura FC dan berfungsi juga sebagai ruangan analisa calon lawan serta review pertandingan yang telah dilakukan. Ruangan kecil ini, hanya terdiri dari beberapa komputer tapi di masing masing komputer itu memuat software program pelatihan pemain di akademi.
Selain itu akademi juga harus mempunyai klinik untuk perawatan
pertama terhadap cedera yang dialami pemain binaan.

Teringan dengan Filosofi Arsene Wenger pelatih Arsenal yang cukup bagus, Pemain bintang
itu tidak harus diperoleh dengan membeli tapi pemain bintang bisa juga diperoleh dengan diciptakan oleh klub tersebut.
Menurut beliau membuat akademi
sepakbola bagi klub profesional itu cukup “murah” hanya cukup menyisihkan 10% dari total pengeluaran satu musim klub tersebut. Artinya kalau satu musim klub profesional memiliki dana 10 M maka cukup 1 M untuk investasi di akademi sepakbolanya. Akademi Sepakbola juga memberikan keuntungan ganda, selain bisa mencetak pemain bintang, akademi
juga bisa menciptakan staff kepelatihan yang mumpuni.

Saya mempunyai impian
suatu saat nanti Martapura FC bisa
mempunyai sebuah akademi khusus untuk mendidik calon pemain muda yang akan memperkuat tim senior ataupun pemain muda yang bisa kita transfer ke klub lain. Ditambah dengan fasilitas pendukung lain yang sudah disebutkan diatas. Siapa yang tidak bangga jika Martapura FC diperkuat oleh para pemain hasil binaan Akademi Martapura FC? Saya masih ingin melihat Martapura bisa menciptakan lagi pemain seperti, Abdillah,Sultan,syaifullah,Said Umar, Farhat,faisal,Syaifullah nazar,Elyani,Nizar dll.
Memang untuk membuat sebuah Akademi berkualitas tidak cukup mudah tetapi suatu hal yang wajib dilakukan. Menurut saya,
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dengan mengurangi anggaran belanja
pemain, jika sebelumnya satu pemain dikontrak sebesar 300juta maka turunkanlah nilai kontraknya menjadi 150juta/ pemain. Jika biasanya menggunakan pemain mahal sebanyak 3 / 4 pemain maka cukup kontrak 2 / 3 pemain mahal. Selisih anggaran tersebut silakan investasikan kepada pembuatan Akademi sepakbola. Atau jika memang susah mendirikan akademi dengan dana operasional klub, maka klub bisa melakukan kerja sama dengan pihak ketiga, dalam hal ini bisa pemerintah ataupun swasta. Untuk itulah sebuah Klub Profesional memerlukan sebuah tim marketing yang cukup
kredibel. Kalau mau menjadi klub yang profesional dan mandiri
maka manajemen MARTAPURA FC WAJIB membuat sebuah akademi untuk pembinaan pemain muda MARTAPURA FC.
Akademi dan fasilitas pendukung lain itu bisa juga membantu menghasilkan pendapatan tambahan untuk MARTAPURA FC.

Setelah musim lalu para pendukung MARTAPURA FC sukses mengkampanyekan “One Ticket One Game”,
tidak ada salahnya jika musim ini
pendukung MARTAPURA FC mulai
mengkampanyekan “No Soccer Academy No MARTAPURA FC”. Mari semua elemen
pendukung MARTAPURA FC saling Bahu membahu dan rukun untuk mengawal MARTAPURA FC menjadi sebuah klub yang mandiri dan profesional.

“Alih-alih menjalankan fungsi check dan balance untuk kemajuan sepakbola, media dan suporter justru ikut tercebur pada kegiatan klub yang kontraproduktif.
Seharusnya media lebih kritis dalam
pemberitaan. Bukan sajikan berita klub A beli pemain X berharga bombastis, tapi kritisi ketiadaan Pelatih Fisik klub. Suporterpun setali tiga uang. Bukannya mendorong manajemen klub untuk
dibuatkan akademi, malah sibuk menangisi kepergian pemain bintang Musim lalu.
Untuk itu saya serukan pada semua untuk pikirkan masa depan klub. Bangun Sumber Daya Manusia(SDM) via akademi dan kembangkan fasilitas!”
Semoga tulisan ini bisa membuat hati manajemen terbuka untuk menciptakan sebuah Akademi Sepak bola Martapura FC dan menjadikan klub ini menjadi salah satu Klub mandiri yang profesional.

Mohon maaf jika terdapat kata kata yang kurang berkenan. Semoga bermanfaat.....
Salam Sadingsanakan Laskar Kota Intan....

Dari Sudut Kota intan Untuk Martapura FC yang Mandiri Dan Profesional.

Senin 16 mei 2016 pukul 02:40

1 Mei 2016

PELEPAS RINDU SUASANA STADION DEMANG LEHMAN

Bagaimana rasanya kembali duduk di tribun Stadion Demang Lehman, setelah sekian lama absen akibat pembekuan pssi yang di jatuhkan pemerintah, cuma untuk menyaksikan perkara giant killing yang dilakukan tim Martapura FC terhadap tim sebesar Persinga Ngawi tim yang datang dengan reputasi finalis piala Kemerdekaan? Tentu saja menyenangkan. Sangat menyenangkan malah. Bahkan walau untuk level tim yang “hanya” sekelas ISC B(Divisi Utama).

Saya sungguh beruntung berada di kota Martapura Kabupaten Banjar pada saat tim Martapura FC, yang melejit sejak beberapa tahun kebelakang, sedang melangsungkan pertandingan Grub 5 ISC B. Keberuntungan yang semakin terasa menyenangkan karena selain saya akhirnya bisa menyaksikan kembali bandwagon milik anak asuh coach Frans Sinatra Huwae secara langsung, mereka juga berhasil meraih kemenangan Awal.Sebuah kemenangan dan modal besar untuk laga selanjutnya , tentu saja. Karena lawan yang dihadapi adalah Persinga Ngawi, tim finalis piala kemerdekaan, yang bahkan sudah mulai masuk peta kekuatan sepakbola nasional. Walaupun, sekali lagi, ini diraih hanya dalam level ISC B atau Divisi Utama.

Panas terik jelang kickoff, membikin beberapa orang yang tadinya di luar stadion mulai memasuki stadion. Dan boleh jadi, Mentari memang tengah mengukir suasana puitisnya sendiri dalam kemenangan Martapura FC tadi sore.

Setelah kick off babak pertama Laskar Sultan Adam Langsung berinisiatif untuk menggebrak pertahanan Ngawi namun rapatnya barisan pemain lawan membuat anak anak Mfc Sempat Prustasi,  Kedua tim yang sama-sama fasih bermain dengan umpan-umpan pendek dari kaki ke kaki terlihat sedikit gamang kala bola yang coba mereka kirim gagal mencapai titik tuju yang mereka mau.

  Menit dua puluh Martapura FC bereaksi cepat dalam situasi ini dengan mengganti pola bola pendek menjadi umpan lambung vertikal langsung ke wilayah final third. Menit 39 Aidiel Bogel yang lepas dari perangkap offside, berhasil menggetarkan jala lawan yang tak bisa diintersep center back ngawi walau telah susah payah melakukan intersave. Hujan sorak sorai lantas berhamburan saat Aidiel bogel menghajar bola tersebut ke sudut tiang dekat. Sebuah momen orgasmik bergemuruh cukup lama di setiap sudut stadion. Seakan lupa akan teriknya mentari sore itu. Sampai turun minum paruh pertama tidak ada lagi gol tercipta.

Di babak kedua kembali kedua tim jual beli serangan. Dan martapura fc terlihat lebih rapih dan berpola dalam membangun serangan.
Menit ke-63, syaifullah Nazar kembali mengoyak jala ngawi melalui titik putih, setelah aksi Aidiel Bogel yang mengobrak-abrik flank kiri ngawi sebelum di jatuhkan dengan keras oleh bek lawan di dalam kotak finalti. Penonton kembali kesetanan menyambut gol tersebut. Tentu saja. Siapa pula yang tidak girang kalau kita bisa kembali bikin gol ke gawang lawan.

Ada pemandangan menarik dalam kemenangan yang diraih Agus Cima cs Tadi Sore. Kemenangan tadi sore, bukanlah kemenangan buah hasil keberuntungan atau nasib mujur belaka. Ada kejelian penerapan strategi oleh pelatih, serta determinasi dan kedisiplinan pemain dalam menerjemahkan instruksi pelatih yang tergambar jelas di sana.

Dua gol yang dicetak Martapura FC tercipta dari skema yang nyaris serupa. Aidiel Bogel, yang sepanjang pertandingan tampil secepat kancil, dengan jeli memanfaatkan ruang kosong yang terselip di antara kuartet backfour Ngawi dan dua gelandang bertahan mereka untuk mendapat ruang tembak. Ruang ini tercipta berkat pergerakan tiga pemain Depan—Muhammad Slamat, Aidiel Bogel dan Suaifullah Nazar— yang berhasil meng-escort defense line Ngawi supaya turun terlalu dalam ke kotak penalti mereka. Di sisi lain, dua poros ganda Ngawi, terkonsentrasi di posnya masing-masing karena distraksi yang diberikan Fahreza Agamal dan M.Nizar Ashari.

Di sinilah kejeniusan coach Frans Sinatra Huwae dalam memainkan strategi kembali terlihat. Sadar lawan punya keunggulan postur, Frans menginstruksikan winger-nya untuk mengirim umpan cutback, alih-alih melepas crossing sekenanya seperti kebiasaan strategi klub tanah air pada umumnya. Saya mencatat ada setidaknya lima kali drill cutback yang dikirim dari sisi sayap. Dan semuanya membahayakan gawang Ngawi . Makanya, saat Aidiel Bogel mencetak gol pertamanya, kita semua tahu kalau mitos  “Kita kalah postur” adalah sebenar-benarnya alibi atas kekalahan tim yang sudah selayaknya dimusiumkan saja.

Pertandingan tadi sore adalah salah satu pertandingan yang tidak akan pernah saya lupakan. Ada adrenalin yang meluap, endorfin yang masih dalam batas kewajaran, juga sedikit rasa tidak percaya saat menyaksikan papan skor yang menggantung di tribun belakang gawang. Walau ini hanya level Divisi Utama, tengkuk saya merinding hebat jika mengingat momen dimana aidiel bogel dan Syaifullah Nazar mencetak gol nya, juga saat wasit akhirnya meniup peluit panjang yang mengakhiri pertandingan. Mungkin karena sudah terlalu lama vakum dan dicekoki Konflik pssi dengan pemerintah, kemenangan anak-anak Laskar Sultan Adam sudah terasa menyenangkan betul.

Entah berapa kali saya menengadahkan kepala ke atas sore tadi. Dua mata saya menerawang, menyaksikan langit Martapura yang untuk kesekian kalinya masih kosong tanpa bintang, untuk kemudian sadar kalau kejadian yang ada di depan mata saya tadi sore bukanlah halusinasi yang muncul akibat menenggak Kopi Sachet seribu maratusan tadi pagi.

Tadi sore, boleh jadi memang tidak ada bintang ataupun pelangi yang melengkung di langit Stadion Demang Lehman selepas hujan rintik rintik mengguyur pasca pertandingan berakhir. Akan tetapi melihat papan skor yang menunjukkan angka 2-0 untuk kemenangan Martapura FC terasa lebih indah daripada melihat pelangi atau bintang apapun yang kini mulai jarang muncul di langit Martapura.

Terimaksih TUHAN dan Alam Semesta

Terima kasih, Martapura FC

Terimaksih Martapura Fans