8 Okt 2015

KEPADA : Fa...

Aku masih penikmat Sepakbola, Suka es teh manis dan seperti kebanyakan pria yang kau tau : bajingan. Bagimu, lelakimu, (mungkin) calon suamimu, saya tak akan membuat kau percaya, jika saya adalah lelaki terbaik di dunia. Tidak. Ini bukan perihal untung atau rugi seperti rumus managment yang kau pelajari di sekolah. Bukan. Sebab, jika sekali saja kau bertanya: Apa untung atau ruginya menikah dengan saya. Maka, akan saya jawab dengan mulai menghitung kekurangan dari dalam diri saya. Itu tak sedikit, Fa... Banyak. Saya perlu butir butir kelereng untuk menghitungnya seperti anak kecil.

Kau temui, dan saya tahu betul apa yang harus saya penuhi sebagai laki-laki, calon suamimu. Memang tidak muluk, tidak harus hapal kitab, atau membaca huruf arab tanpa harokat. Tapi....
Begini saja, Fa... keuntungan mumpuni yang saya punya--jika kau menikah dengan saya--ialah saya mampu menulis list semua metafora kepada semua wanita. Kau pasti tambah geram, bukan? Syukurlah....

Saya mampu mengambil semua hati wanita yang saya inginkan dengan gombalan yang super menerbangkan ke awan. Pasti kau tambah marah, bukan? Biarlah....

Namun, ada satu hal yang sampai saat ini saya menyesal menjadi saya: itu yang menyebabkan kau tak percaya.

Fa,

Yang harus kau percaya dari semua bualan yang saya tuliskan. Semoga kau dapat menerima, saya, sebagai pengarang, yang tak ada kekasih lain yang saya setiakan kecuali kamu dan buku-buku.

Sampainya surat ini, kepadamu. Satu hal yang hanya bisa buat saya percaya sampai detik ini: Tuhan tentukan apa yang harus ditentukan. Termasuk nasib pengarang, yang menurutmu (hanya) sebuah bualan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar